Skip to main content

Mulut di Atas Telinga



Mengapa?

Kenapa?

Biarin aja bisa?

Orang selalu komentar apapun yang terlintas dipikirannya

Ya, memang kita bebas berpendapat

Namun, bukankah mulutmu harimaumu?

Bijak adalah hal yang tepat yang bisa kita lakukan saat kita ingin mengemukakan pendapat

Tidak semua orang dapat menerima masukan kita

Bisa saja dia menjadi bingung, linglung, setres, bahkan ada yang bunuh diri memikirkan semua komentar yang ia dapatkan

Menjadi bijak dan lebih mengurusi pribadi sendiri mungkin menjadi pilihan yang tepat untuk kalian yang tidak dapat bertutur kata dengan baik

Tidak semua orang perlu komentarmu

Kadang, kalian bukan ingin memberikan komentar membangun. Bukan

Kalian bertameng untuk dapat menghakimi mereka atas nama kebebasan berpendapat

Tidak mau untuk lebih mendengarkan orang lain

Karena, mulutmu di atas telingamu.

Comments

Popular posts from this blog

Siapkah Aku ?

Aku banyak belajar kemarin.. Yang aku percaya, perlahan menuntunku ke jurang Yang kukira peduli, tak nampak sama sekali Yang tak pernah terlihat, menghampiri dengan pasti Yang berpredikat sejati, berjalan menjauhi Yang pernah berkunjung, ia datang kembali untuk mengingatkanku lagi, “Tak apa, aku pernah disini” Sang pencipta seakan mengingatkan untuk tidak mengira sesuatu terlalu cepat Atau berharap semua menjadi indah Atau berangan dengan tinggi, hingga lupa bahwa semua ini tidak ada yang selamanya Arus kembali mengubah kehidupan Kawan, lawan Hati, kondisi Perasaan, kemauan Niat, ataupun ego Dan semua sisi kehidupan Tersisa satu pertanyaan mengusik, Siapkah aku ? Pic by : Oie Space

Ajari Aku Ikhlas

Setiap kali berjumpa tempat itu Terpanggil semua sosok indahmu Bayangmu yang nyaman menenangkan  Merindu ku ditengah pantulan sinar bulan Tat kala bahagia kita dulu, ku tersenyum Cerita pilu saja kan terkenang indah, kini Beribu cara mengubur kenangan itu bersamamu Buatku semakin dalam berlarut dalam lorong sedu Tak terasa mengalir sudah air yang lancang berderai setiap kali momen bersama terputar dikepalaku Terlarut dalam pusaran emosi beradu sesal Apa maksud semua ini, kenapa, jawab aku.. Kembali ku kumpulkan sisa tenaga yang ku satukan dengan susah payah Menjalani hari dengan diri yang berupaya merangkai satu persatu puzzle  kekuatan Walau mudah berantakan kapan saja, dimana saja Peluh kesal jiwa raga ini sedang mengarungi hidup yang serasa tanpa makna Semenjak hari itu, dimana kamu beristirahat untuk selamanya. Jujur saja.. tak mau lagi ku bebani dirimu saat menengok ku dibawah, Sedang bersusah payah menjalani hari dan menata hati  Maka kini, ku mohon, bantu aku.. Aja...

Usahaku Merelakanmu

Aku tak tau kapan perasaan itu datang Atau memang sebenarnya dia telah hinggap lama, tapi aku acuh ? Inginku agar perasaan ini tenggelam, lalu hilang.. Tak sampai hati untuk sekedar muncul ke permukaan Ketika yang terdekat juga jatuh hati pada sosok yang sama Ku harap, perasaan itu segera berlalu selagi yang terdekatku sedang menceritakan sosok yang dia kagumi. Yang juga ku kagumi. Ku mohon perasaan ini cepat pergi, agar aku segera baik-baik saja saat dia menceritakan tentangmu. Biar hanya aku dan tuhan yang tau Betapa dalam cintaku yang tertaut dalam doa untukmu Dalam sunyinya sepertiga malam Biar saja ku tersenyum perih.. Aku kan mengikhlaskanmu kepada orang yang selalu menemaniku Dan kini ku doakan, semoga kalian berdua, orang yang aku cintai, bahagia selalu Yang biarkan kini menjadi urusanku dengan Allah Merayu-Nya disepertiga malam Tapi kali ini dengan doa yang berbeda, Dengan doa dari pintaku terdalam Untuk menghapuskan sosokmu yang selama ini telah mengusik ke...